Sabtu, 27 November 2010

Perjuangan Seorang Ibu demi Seorang Anak Autis

Pada mulanya kehidupan keluarga Margret dan suaminya Thorsteinn berjalan seperti keluarga pada umumnya dengan memiliki dua anak laki-laki Unnar dan Erik. Margret bertahun-tahun bekerja di perusahaan dengan karir yang sangat berhasil sampai menduduki berbagai posisi eksekutif di perusahaan di Islandia. Seorang ibu yang bernama lengkap Margret Dagmar Ericsdottir ini lulusan Institute of Technology Florida dengan gelar MBA jurusan Bisnis. Meskipun ia seorang wanita karir tapi masih bisa sempat untuk memperhatikan anak-anaknya.

Kebahagiaannya bertambah ketika anak laki-laki ketiganya lahir pada tahun 1997, Keli. Namun, kebahagiaan keluarganya tidak berlangsung lama, Margret melihat ada sesuatu yang tidak baik yang terjadi pada anak ketiganya. Bak mendengar petir di siang bolong, Margret hampir tidak bisa menerima kenyataan ketika Keli didiagnosa sebagai anak dengan autis pada usia empat tahun. Hati ibu yang mana yang bisa menerima kenyataan ini. Namun, apa pun yang terjadi, Margret harus menerima kenyataan pahit ini, takdir ini tidak bisa ia pungkiri dan bukan untuk lari dari kenyataan.

Sejak mengetahui anak termudanya hidup dengan autis, Margret seketika langsung memutuskan untuk berhenti bekerja. Ia meninggalkan semua karir yang telah ia rintis bertahun-tahun hingga mencapai posisi puncaknya untuk memilih focus mengurus dan merawat Keli. Rasa sayangnya terhadap Keli melebihi kepada kedua kakaknya.

Margret mendedikasikan waktu dan kesungguhannya untuk mencari informasi bagaimana metode untuk merawat anak dengan autis. Dengan harapan bisa memberikan kehidupan yang terbaik bagi anaknya.

Margret yang berkebangsaan Islandia ini telah mencoba berbagai macam cara dan metode untuk melakukan perawatan yang terbaik bagi anaknya hingga ia pergi ke Amerika dan bertemu dengan banyak dokter, spesialis, para ahli di sana. Ia berjuang untuk mencari tahu bagaimana seharusnya memperlakukan anaknya yang hidup dengan autis. Baginya, misteri dan kondisi kompleks mengenai autis harus dipecahkan.

Pada akhirnya, kebulatan tekadnya untuk membantu Keli dan keluarga lain yang memiliki anak dengan autis menjadikannya inspirasi untuk membuat film documenter tentang autisme.

Pada tahun 2006 Margret menemukan Frontier Filmworks, sebuah perusahaan film di islandia yang berhasil membuat film yang dapat menciptakan kenyataan dan abadi yang berbeda di dunia kita. Film yang menggambarkan pengalamannya sebagai ibu dari anak dengan autis, Margret melihat ke dunia luar untuk menyampaikan pengalamannya mengenai autisme, agar orang lain dapat melakukan seperti dirinya yang memiliki anak dengan autis. Film documenter ini berjudul ‘A Mother’s Courage: Talking Back to Autism’ ini diambil dari jurnal luar biasa yang mengeksplorasi tentang autisme dan memberikan harapan penuh akan kesadaran untuk membantu atas syndrome ini.

Berawal dari film documenter inilah ia dan Kate Winslet mendirikan yayasan The Golden Hat. Sebuah organisasi nirlaba yang mendidikasikan untuk mencoba menghilangkan rintangan bagi masyarakat dengan autisme di seluruh dunia. Nama yayasan tersebut diambil dari judul puisi Keli.***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda